Dua Hari Menjadi Satu

3:44 PM Andri 0 Comments


Ini bukan lagunya gita gutawa ya. Tapi dua hari menjadi satu maksudnya kejadian dua hari ini, saya rangkum menjadi satu tulisan.
Hari ini saya sangat letiihh sekali. Ini bukan karena saya olah raga tadi pagi atau karena saya berjalan kaki dari lebak bulus ke monas. Tapi kemaren saya kejebak macet, hujan, dan banjir ketika menuju jalan pulang. Untung hari rabu ini saya tidak kuliah, jadi saya bisa istirahat. Tapi sialnya saya tidak jadi menulis artikel tentang "International Day of Peace" yang harusnya sudah saya selesaikan dan posting kemaren.
Sudah dua hari ini saya dan teman saya pulang pergi dari Jawa Barat (baca: Bekasi) ke Jakarta, naik motor. Sebenarnya saya punya kosan yang dekat sekali dengan kampus. Tapi saya ingin coba, ingin dapat rasa, gimana rasanya menjadi teman-teman saya yang dateng dari jauh (cengkareng, cakung, bekasi, dsb) untuk datang ke kampus. Perjalanannya panjaang sekali. Dalam keadaan lancar kami (saya dan teman saya) membutuhkan waktu kira-kira 1 Jam 40 Menit, untuk antisipasi macet, kami butuh waktu kira 2 jam untuk menuju kampus (ciputat). [kalau ambil jarak di Sumatera barat, kira-kira dari Payakumbuh ke Padang Panjang]
# Hari Pertama : Perjalanan Pergi dan pulang sangat lancar sekali. Walaupun harus muter-muter karena salah jalan. Nggak salah jalan sih, tapi khilaf. Hhaha.. Ini terjadi dua kali, tapi di jalan yang berbeda. Pertama di depan gedung pancasila jakarta timur, kami tidak tahu kalau pagi-pagi jalannya di tutup, terpaksa deh muter, dan mencari jalan untuk muter itu pun berada nun jauh disana. Kedua, kejadian juga terjadi di jalan yang sama. Saya salah melihat arah dan tanda jalan. Jalan ke Bekasi belok kanan, tapi karena saya malah muter hhaha. Akhirnya mencari jalan untuk muter yang masih berada jauh di ujung sana.

# Hari Kedua : Disinilah pengalaman buruk terjadi. Kami masuk jam 7.30, berarti biar nggak telat, saya harus berangkat dari jam 5 pagi. Tapi ternyata kami oversleep, ketiduran! Jam 5.10 bangun. Langsung buru-buru mandi dan shalat. Eh ternyata baju belum disetrika pula. Belum sarapan dan sebagainya. Akhirnya berangkat jam 6 pagi. Tapi alhamdulillah, jalanan tidak begitu macet, dan saya bisa sedikit ngebut. Tapi di TB Simatupang Macet, tapi tidak lama. 5 menitan. Dan akhirnya sampailah di kampus jam 7.35 dengan selamat. Untungnya dosen belum dateng. Ditunggu dan ditunggu. Dosen tidak kunjung datang jua, muncullah rasa kesal. "udah jauh-jauh saya dateng, tapi dosen nggak dateng" gini ya rasanya anak-anak yang tinggalnya jauh, eh tapi dosennya nggak dateng. Kuliah berikutnya jam ke 3, setelah zuhur dan makan siang. Untuk membunuh waktu,saya tidur di Perpustakaan hhaha. Kuliah selesai jam 2, hari sudah tampak mendung. Kami segera tancap gas menuju rumah, takut kena hujan di jalanan. Ternyata apa yang di takutkan pun datang. kami tidak bawa mantel. Tapi kami terus paksakan. Tapi hujan semakin deras, kebetulan ada mall di pinggir jalan, ya mampir dulu. Tapi hanya sebentar karena hujannya sudah reda. Saya terus menggas sepeda motornya, dan nyasar! Sampai di Ragunan. Hhaha. Akhirnya muter lagi dan ketemu jalannya. Setelah itu, macet luar biasa. Macetnya diiringi dengan rintik hujan. Ah sial. Tapi saya terus sabar dan meniti jalan satu persatu. Ketika sudah mau dekat ke jalan belokan menuju bekasi (yang harus masuk ke terowongan) saya di cegah polisi. "Jangan Lewat kesana, Lagi banjir!" saya tanya "trus gimana dong pak?" sang bapak bilang "belok kanan saja, trus muter" ya sudah, kami langsung muter. Tapi ternyata jauuuh sekali, dan juga macetnya luar biasa, Banjir juga. Saya sampai harus mengorbankan kaki kiri saya masuk ke dalam genangan air untuk menahan motor. Dan semua pakaian sudah basah. Setelah macet, macet, dan macet akhirnya sampai di rumah jam 8 malem. Ini adalah perjalanan yang sangat melelahkan. Saya langsung mandi dan shalat, dan terkapar di kasur. Shalat subuh kesiangan juga karena benar-benar lelah dan tak sadarkan diri.
Tapi sungguh! Sepanjang perjalanan saya bisa perfikir. Alangkah tidak nyamannya membawa kendaraan di Jakarta. Benar-benar mengancam jiwa. Mengapa begitu?
#1. Jalanan terlalu rame dan padat kendaraan.
#2. Banyak kendaraan lain yang ngebut, jadi walaupun kita sudah hati-hati membawa kendaraan, belum tentu kita bisa selamat. Karena orang lain banyak yang sembrono.
#3. Banyak angkutan umum seperti bus, bajaj, bahkan taksi, apalagi ANGKOT yang berhenti sembarangan. Untuk menaikkan atau menurunkan penumpang. Sudah 3 kali saya melihat di depan mata kepala saya, pengendara motor yang marah ke supir angkot karena itu, selama perjalanan. Dan saya sendiri juga pernah menjadi korbannya.
#4. Sangat mencemarkan udara dan lingkungan. Sehabis berkendaraan, tangan saya hitam karena asap kendaraan, dan muka saya juga hitam karena asap kendaraan. Astagfirullah. Benar-benar tidak sehat.
Ibu kota kita ini memang perlu dibenahi. Dan pembenahan itu tidak sedikit. Banyak sekali.
Tapi ada kalanya membawa motor yang sangat menyenangkan di Jakarta. Kapan itu? Saat Lebaran! Benar-benar sepi dan tidak usah pake masker hhaha.

0 komentar: