Pesona Jalan Pulang Melalui Tele

8:11 PM Andri 0 Comments

Pulang, adalah kegiatan atau hal atau tindakan atau kata atau apapun itu yang di benci saat traveling. Karena dengan pulang, maka kita akan kembali ke "dunia nyata". Tapi tidak untuk jalan pulang ke Medan lewat jalur Barat, atau melalui Samosir atau melalui Pangunguran.

Kenapa? Nanti saya jelaskan.

Sebenarnya perjalanan kali ini bagaikan anak kecil yang masuk ke toko mainan, yang kalau jajan mau belanja mainan ini dan itu. Begitu juga kami, disaat berada di Danau Terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara serta pusat peradaban suku Batak yang terkenal ini, kami juga ingin mengunjungi semua tempat wisata yang ada disana.

Namun sayang, ibarat makan, tidak semua makanan diatas piring yang bisa dilahap sekaligus dalam satu waktu. Harus sesuap demi sesuap. Begitu juga dengan wisata, nggak (selalu) bisa semua tempat di explore dalam satu kesempatan. Bisa sih kalau ada waktu banyak dan momen yang pas. Lagian, tujuan jalan-jalan bukan untuk mengunjungi sebanyak mungkin tempat kan? Inti jalan-jalan itu adalah menyenangkan.

Rencananya, kami mau ke batu besar, Danau Sidihoni dan Aek Natonang (bagi yang belum tau, kedua danau ini berada di atas perbukitan Pulau Samosir sehingga sering dijuluki Danau di atas Danau), Mata Air Datu Parngongo, Pantai Pasir Putih, Patung Si Raja Luntong, dan segala macamnya lah. Sementara kondisi saat itu, kami sudah harus sampai di Kota Medan di malam hari, mengingat besok teman-teman saya mulai bekerja.

Akhirnya kami harus menghapus list itu. Satu-satunya tempat wisata yang jadi dikunjungi, Pantai Pasir Putih yang ternyata tidak menarik perhatian kami karena saat itu sedang ramai pengunjung. Jadinya tidak selera untuk berlama-lama menikmati keindahan toba dari bawah sana. Seleranya malah membeli kerupuk nasi yang murah meriah, enak, dan besar. Hehe.


Gambar 1. Pantai Pasir Putih dengan Aktifitasnya

Oke, apa yang membuat jalan pulang melalui Pangunguran menjadi menyenangkan?
1. Yang pasti pemandangan oke, persawahan dan genangan air toba selama di Pulau Samosir.
2. Jadi tau kalau ternyata ada jembatan yang menyatukan Pulau Samosir dengan Pulau Sumatera. Banyak juga yang bilang kalau sebenarnya, Samosir itu bukan pulau.
3. Melewati bukit-bukit batu yang bekelok-kelok, tapi bikin mata nggak berkedip saking indahnya. 

Bang Ando yang membawa mobil sesekali juga harus di gertak karena dia melamun melihat panorama yang ada di samping kaca. Gawat! Kalau jatuh, mati semua. Karena di sebelah kiri atau kanan adalah jurang dan jalanannya sempit. Karena jalan aspalnya memang bukit batu yang sengaja di kikis. Jadi bikinnya ya seadanya, ga bisa lebar-lebar banget. Oya, ditengah jalan, saya sempat "tidak tahan" dan meminta Bang Ando berhenti sebentar karena mau selfie. Sampah. Haha.

4. Menemukan puncak indah yang bernama Puncak Tele. Jujur ini tidak termasuk ke dalam daftar destinasi kami, tapi indahnya maksimal. Puncak ini berada di belokan jalan yang kayanya emang belokan terakhir sebelum mata kita benar-benar tidak bisa lagi melihat penampakan Danau Toba. Ada menara bertingkat 3 atau 4 (lupa lagi) disana, untuk mengintip keindahan Toba dari ketinggian. Tapi menurut saya penampakan "belokan Tele" itu sendiri jauh lebih indah daripada penampakan Tobanya, karena ada tebing dan pohon yang menghalangi pandangan. Mungkin menaranya di bikin di ujung tebing itu, baru bagus hehe.

Gambar 2. Foto Belokan Tele, Seksi Kan?

Gambar 3. Danau Toba Dilihat dari Menara Tele

Itulah mengapa, perjalanan pulang melalui Pangururan tidak menjadi hal yang di benci. Bahkan sekejap kami lupa, kalau kami sedang berada di jalan pulang. hehe

Oya, untuk Desa Tele nya sendiri, disana dingiiin banget. Sedingin itu, bahkan di rumah makan-rumah makannya, ada tempat pemanggang apinya untuk memanaskan diri. Di rumah-rumah warga juga ada kali ya? Tapi desa itu posisinya emang tinggi banget, luar biasa deh.

Sekian cerita pada artikel ini, tunggu artikel lainnya ya!

Selamat Berkelana!

Andri Zainal Kari

0 komentar: