Traveling means going Overseas? Not at All!

6:46 PM Andri 0 Comments

Gadis mungil yang sedang menunggu dagangan.

Kebanyakan orang berfikir bahwa jalan-jalan itu harus lah keluar negeri. Berdasarkan dengan asumsi itu, maka setiap orang yang keluar negeri dianggap jalan-jalan. Bisa saja kan orang yang bersangkutan medapatkan tugas dinas ke luar negeri? Atau ada kegiatan resmi semacam konferensi atau pertukaran pelajar dan sebagainya?
Anda bisa melakukan travelling dimana saja! Bahkan dilingkungan disekitar anda. Bagi saya, travelling adalah waktu dan kesempatan dimana saya bisa menikmati kehidupan, mendapatkan pelajaran, mendapatkan pengalaman, dan tentunya memberikan ketenangan. Tentu saja untuk itu saya tidak harus ke luar negeri, bukan?
Cerita ini terinspirasi saat saya melakukan olah raga pagi pada hari minggu di daerah seputar Ciputat, Tangerang Selatan. Tepatnya di area Kampus 2 UIN Jakarta. Ratusan orang berkumpul disana dengan berpakaian olah raga. Ada yang sendiri, berdua sama pasangannya, sekeluarga, dan berkelompok juga. Namun ternyata, ada tujuan lain yang ingin mereka lakukan selain berolah raga di pagi yang sejuk itu. Tujuan lainnya adalah berbelanja!
Mungkin ini bisa menjadi pelajaran tentang bagaimana Indonesia, disaat ada keramaian, maka akan ada pedagang yang akan mengambil kesempatan itu untuk mencari nafkah. Ya! Tepat diseberang kampus 2 UIN Jakarta, terbentang portable-market yang menjajalkan berbagai dagangan. Dimulai dari makanan, minuman, buah-buahan dan sayur-sayuran, bahkan pakaian. (banyak orang yang menamai portable-market ini dengan sebutan Pasar Sunmor atau pasar Sunday Morning)
Penjualnya juga unik, karena tidak semuanya pedagang yang sebenarnya. Beberapa diantaranya adalah mahasiswa UIN Jakarta. Mereka berdagang untuk menambah uang saku, ada juga yang sedang melakukan fundraising untuk melakukan suatu kegiatan. Yang mereka jual bermacam-macam, seperti jilbab, handmade bross, baju bekas, bahkan ada mahasiswa kedokteran yang membuka lapak untuk melakukan diagnosa! Itu adalah hal yang menurut saya, bisa menjadi bahan renungan mengingat saya adalah mahasiswa yang jauh dari kata-kata mandiri.
(interval….. Oke mari lanjutkan)
Tentunya kesempatan itu tidak saya lewatkan untuk melakukan wisata kuliner. Ada banyak makanan yang tergelar disana bahkan ada beberapa yang baru saya ketahui atau makanan yang sudah belasan tahun tidak saya makan. Sebut saja seperti tutut (siput), kentang panjang, cucur atau paniaram, dan sebagainya. Jadilah saya beli ini dan itu. Melahap ini dan itu. Wah semuanya enak dan lansung terpikir oleh saya bahwa minggu depan harus bangun pagi dan kesini lagi untuk beli semua makanan ini. (haha maklum, penulis hobi makan).
Sambil makan, saya melihat seorang anak kecil yang kira-kira masih kelas 4 atau 5 SD sedang duduk memerhatikan dagangan kuenya. Ia berharap para pembeli datang menghampiri dagangannya. Mukanya penuh harap. Disatu sisi saya kasihan, bukan kasihan karena dagangannya belum dikunjungi para pembeli. Rasa kasihan ini lebih dikarenakan melihat ia yang harus bekerja menjual dan menjaga dagangan itu. Anak dengan usia itu sebenarnya harus seperti anak yang lainnya saat itu, bermain, berbelanja dan berolah raga. Bukan malah bekerja atau menjual dagangan. Ini juga menjadi tamparan lagi bagi saya.
Saya harus melakukan sesuatu agar anak cucu saya tidak se malang anak ini. Tidak hanya itu, semua anak generasi masa depan. Semoga catatan ini akan menjadi pengingat bagi saya dimasa yang akan datang.
Itulah pelajaran dari travelling yang telah saya lakukan pagi itu. Dan itu semua tidak di luar negeri, tapi disekitar lingkungan saya. Because travelling is not only be in overseas, but also everywhere even in front of your eyes.

Selamat Berkelana, Semoga Kita Bersobok! 
Andri (Zainal Kari)

0 komentar: