Kawah Putih Tinggi Raja

8:16 PM Andri 0 Comments

Setelah dua hari dua malam menghabiskan waktu dengan berkelana ke Danau Toba dan sekitar, maka wajar kalau keesokan harinya badan ini menjadi remuk dan capek. Bagaimana tidak, dari dua hari itu, sebagiannya dihabiskan dengan berada di atas perjalanan. Haha.

Namun faktanya, badan saya tidak remuk dan tidak capai. Ketika bangun tidur badan segar dan siap untuk lanjut berkelana. Mungkin, karena perjalanan toba kemarin di tutup dengan mandi air panas di Berastagi kali ya? Makanya jadi segar gini.

Oke, hari ini rencananya saya akan eksplore Kota Medan sendirian. Karena semua kenalan saya yang ada di kota terbesar di Sumatera ini harus bekerja. Nggak papa, solo traveling terus menjadi hal yang menyenangkan kok buat saya.

Tapi ternyata Eca pulang lebih awal dan saya di ajak jalan-jalan bareng keluarganya. Asyik!

Eca pun mulai sibuk berselacar di dunia maya untuk mencari destinasi apa yang akan kami kunjungi, dan ia pun memilih untuk mengunjungi Tinggi Raja. Tinggi Raja adalah kawah putih yang luas di daerah Deli Serdang. Alasan Eca memilih itu karena kawah ini "katanya" lebih indah dibanding kawah putih ciwideui di Bandung.

Perjalanan menuju Tinggi Raja memakan waktu kurang lebih empat jam dari Kota Medan dengan jalanan yang super parah jeleknya. Sekitar satu jam setengah, kami harus teroyak-oyak dan terombang-ambing untuk menuju tempat itu. Padahal, kami melewati banyak desa, perumahan, bahkan satu pos barak militer, apalagi mau menuju tempat wisata, kenapa jalanannya bisa jelek banget gini?

Kami kemarin juga ragu, apakah benar akan ada kawah putih ditempat yang kami tuju. Karena kawasan seperti itu biasanya identik dengan daerah pegunungan kan? Sedangkan kami berada dikawasan panas yang penuh dengan perkebunan sawit dan karet. Sempat nanya orang dijalan, malah di suruh pulang aja karena katanya masih jauh dari sana. Sedih. Namun kami nggak dengerin dan terus lanjut.

Jeng jeng, setelah kesel melewati jalanan yang mengoyak-oyak kami dan pusing mikirin pulang yang harus lewatin jalan itu lagi, kami pun tiba di parkiran yang berbentuk tanah lapang. Masih ada 1 mobil beberapa ranger disana. Kami datangnya emang kesorean sih. 

Ternyata wiliayah Tinggi Raja itu adalah Cagar Alam, bukan tempat wisata. Pantesan aja jalanannya parah banget.

Oya,biaya yang wajib dikeluarkan di Tinggi Raja adalah: parkir mobil sebanyak 30 ribu permobil dan biaya 30 Ribu per-orang untuk guidenya. Gila mahal banget. Jadi kalau sepuluh orang berarti bayar tiga ratus ribu buat si rangernya. ckck macem pemerasan ya? Karena ga ada opsi lain. Nawar pun nggak bisa. Mau pulang juga gimana, udah berjuang banget sampe ketitik itu. Yasudahlah.

Nah, untuk menuju kawah, kita harus trekking dikit dari parkiran.Ya lima menit lah, dan siap-siaplah mulut menganga, mata ngga mau ngedip, dan kamera ngga berhenti menjepret karena keindahan Tinggi Raja. Berikut foto-fotonya:


Gambar 1. Alur Trekking Menuju Tinggi Raja

Gambar 2. Pemandangan Kawah saat Pertama Kali Sampai

Gambar 3. Kawah Tinggi Raja


Gambar 4. Jembatan Sekaligus Pemisah Kawah dengan Kolam Air Panas


Gambar 5. Kolam Air Panas

Gambar 6. Kawah dari Bagian Atas

Info dari si ranger, sumber air panasnya terus berpindah dari waktu ke waktu. Jadi bisa jadi nanti danau air kawah biru itu malah menjadi daratan. Begitu. Misalnya, Gambar 1 dulunya adalah kawah. Gambar 2 dulunya adalah kolam air panas. Sekarang malah daratan. Terus kenapa namanya Tinggi Raja, karena ini adalah tempat yang mulia bagi raja-raja terdahulu. Agak angker makanya. Katanya.

Kami benar-benar tidak bisa berlama-lama disana karena kami datangnya kesorean bangt. Kami disana hanya satu setengah sampai dua jam. Lalu kembali pusing mikirin jalanan jelek yang harus dilewatin tadi.

Nggak tau untung atau nggak, si ranger ngasih tau kami jalan yang lebih dekat ke pasar hitam (atau aspal), dan kami pun ikuti saran sang ranger.

Awalnya kami senang, karena katanya jalan ini jauh lebih dekat. Berarti kami tidak akan terlalu lama terombang ambing melalui jalan yang jelek. Kesenangan bertambah, karna ketemu kawah lain di tepi jalan mau pulang. 

Gambar 7. Ketemu Kawah lain di Tepi Jalan

Namun setelah kawah itu kami semua malah beristighfar sebanyak-banyaknya. Jeleknya jalan, justru jauh lebih parah.. 

Jadi jalannya kebanyakn tanah merah, namun di samping kanan atau kiri jurang. Jalan itu pun terlihat sangat rentan akan longsor. Lubangnya lebih dalam dan besar. Kalau jalanan sebelumnya berlubang, setidaknya masih batu atau kerikil. Sedangkan ini tanah, rentan.

Ada jalanan yang sudah longsor, dan menyisakan sedikit space saja buat dilewati. Serem kali. Sedangkan posisi di tengah hutan, gelap, sepi, dan tidak ada sinyal. Andai kata kami nyungsep ke jurang dan meninggal, hanya tuhan yang tau keberadaan kami. Saking sunyinya.

Ada juga momen, mobil terperangkap dilumpur, sampai kami harus kotor-kotoran dorongin mobil dikegelapan. Seremkan? Jadi kalau mau kesini mending naik mobil off-road atau naik motor deh. Atau nunggu jalannya bagus. Dan yang terpenting, berangkat dari subuh biar puas.

Tapi, saya sangat beruntung dan senang karena sudah pernah pergi ke Tinggi Raja. Karena faktanya, belum banyak orang yang pernah kesini. Termasuk orang-orang Sumatera Utara nya sendiri. Buat Eca dan keluarga saja misalnya, ini adalah pengalaman mereka pertama ke sini. 

Sekian Cerita tentang Tinggi Raja,
Selamat Berkelana!

Andri (Zainal Kari)

0 komentar: