Belajar Batak dari Balige

8:05 PM Andri 0 Comments

Setelah gagal mengejar matahari di Barat Danau Toba, kami pun melajukan kendaraan ke arah Tenggara. Jika dilihat di peta, destinasi yang akan kami tuju tersebut persis di ujung bawah danau yang lonjong ini. Benar, kami menyisir bibir timur toba dari atas sampai bawah. Tujuannya bukan untuk 'mengkhatami' danau toba agar seolah-olah kami sudah mengunjungi setiap inchi dari toba, bukan. Namun kami ingin mengunjungi sebuah daerah yang bernama Balige.


Gambar 1. Atap Pasar Traditional Kota Balige

Meskipun posisi Balige yang jauh dari pusat wisata danau Toba, Parapat, Balige adalah ibukota kabupaten Toba Samosir. Awalnya saya heran mengapa teman Medan saya, Eca, menjadwalkan kunjungan ke kota yang harus ditempuh berjam-jam ini. Saya sampai bosan memandang sawah-sawah, bukit-bukit, dengan genangan air toba sampai saya tertidur pulas di mobil. Ternyata, terdapat sebuah museum besar di kota tersebut bernama T.B Silalahi Center.

T.B Silalahi bukan lah pahlawan seangkatan Raja Sisingamangaraja XII, namun ia adalah putra batak berprestasi, Letjen TNI, mantan menteri di era Suharto, mantan ketua dewan pertimbangan presiden indonesia ketika masa pak Susilo Bambang Yudhoyono dan jabatan-jabatan lainnya. Intinya beliau pejabat.

Posisi Museum tersebut, disamping jauh, juga masuk kedalam gang-gang jalan. Kami saja saat itu sampai tersesat-sesat untuk bisa sampai di museum itu, dan perlu bertanya berkali-kali kepada orang-orang yang kami temui di jalan untuk bisa sampai kesana. Hingga terlintas difikiran saya, sepertinya hanya kami yang nanti menjadi pengunjung dari museum itu karena saking dipelosok dan susahnya mencari museum itu.

Ketika sampai di parkiran, saya malah berubah menjadi heboh (baca: excited) karena ternyata banyaknya bus-bus menengah dan besar yang tersusun disana. Pengunjungnya ternyata ramai. Di luar ekspektasi saya. Kami pun bergegas menuju kedalam, Biaya masuk sekitar Rp. 5000 - Rp. 10.000 per-orang kalau tidak salah. Saya lupa lagi.

Lepas dari loket pembayaran, kami di sambut dengan taman-taman yang berbunga dan cafe. Di belakang taman, terdapat Museum T.B Silalahi, sedangkan di depan cafe, terdapat lapangan dan jalan untuk menuju museum kebudayaan batak. Di depan museum batak itu derdapat kolam dan patung besar Sisingamangaraja nan gagah, dan sebuah layar screen yang menampilkan tempat wisata yang ada di Sumatera Utara.

Museum ini benar-benar bersih dan tertata.

Gambar 2. Patung Sisingamangaraja dan Museum Batak T.B Silalahi beserta Layar Screen

Setelah terperangah melihat layar screen, kami pun bersegera masuk ke dalan museum yang berlantai dua itu. Koleksi museumnya lengkap. Mulai dari pakaian adat setiap daerah di Sumatera Utara, kain-kain tenunnya, miniatur rumah adat, gereja, dan masjidnya, serta foto-foto yang di lengkapi dengan penjelasannya. Terdapat juga kitab silsilah suku batak yang tebalnya, lebih tebal dari kitab-kitab suci. meh.

Gambar 3 dan 4. Buku Silsilah Batak dan Miniatur Gereja & Mesjid Batak

Gambar 5 dan 6. Miniatur Rumah Batak dan Kain Tenun Batak

Disamping belajar tentang budaya batak, hal yang ingin di perlihatkan Eca di tempat ini adalah, melihat danau toba dari sudut yang berbeda. Tapi beneran, terlihat lebih indah dan eksotis. wow.



Gambar 7. Penampakan Danau Toba dari Museum
Berikutnya kami menuju ke belakang gedung museum T.B Silalahi, yang ternyata ada satu komplek rumah adat Batak lengkap dengan patung Sigale Gale nan pandai menari dan bergoyang, dan satu rumah adat Toraja. Hal yang baru saya ketahui, batak sangat erat adatnya dengan toraja. Sementata fikiran saya, lebih dekat ke suku saya, miangkabau. Tapi pandangan saya cuma berlandaskan kepada bentuk rumah adat yang sama sama runcing sih. hehe.


Gambar 8. Kompleks Rumah Adat Batak di Balige


Gambar 9. Rumah Adat Toraja yang Juga Terdapat di Balige
Gambar 10. Boru Cilik yang Minta Difotoin

Terakhir, barulah kami memasuki museum T.B Silalahi. Awalnya saya agak sinis. Orang yang masih hidup, bikin museum atas namanya sendiri, dan isinya juga barang-barang kepunyaannya. Dari mobil, pulpen, buku, baju seragam, jam, oleh-oleh waktu ke luar negeri, dan lain-lainnya. Macam pencitraan atau narsis.
Gambar 11. Penampakan Dalam Museum T.B Silalahi
Namun melihat anak-anak yang sedang terperangah dan bangga melihat barang-barang si bapak, malah membuat saya berfikir bahwa kehadiran museum ini memberikan spirit ke anak-anak tersebut. Walaupun dulu tukang kerbau di desa pelosok semacam Balige, bisa berprestasi dan menjadi orang besar. Semangat itu yang akan dibawa pulang oleh ratusan anak-anak yang berkunjung saat itu. Bagus dong.
Gambar 12. Desain Bangunan Luar Museum T.B Silalahi yang Etnik namun Modern

Perjalanan kali ini benar-benar terus meyakinkan saya bahwa Indonesia itu Kaya akan budaya.

Selamat Berkelana, Semoga Kita Bersua

0 komentar: